Udang Indonesia kian melejit di pasar internasional. Ini terutama karena pasokan dari sejumlah negara produsen udang menurun akibat serangan penyakit EMS (Early Mortality Syndrome). Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI), Iwan Sutanto menyebutkan, pada 2014 lalu, produksi udang dunia turun. Hanya Indonesia, India,dan Ekuador yang mengalami peningkatan.
Iwan melansir paling tidak produksi udang Cina turun hingga 600 ribu ton, Thailand merosot hingga 360 ribu ton dan Vietnam juga anjlok hingga 100 ribu ton. Sebaliknya Indonesia, produksinya naik 100 ribu ton, India juga meningkat sampai 175 ribu ton, sertaEkuador naik 20 ribu ton. ”Dengan pertumbuhan konsumsi diabaikan, supply udang dunia berkurang sekitar 700 ribu ton,” ujarnya pada Outlook Perikanan yang digelar Trobos Aqua beberapa waktu lalu.
Dalam presentasinya Iwan mengulas produksi udang dari beberapa negara yang menjadi pesaing Indonesia di pasar ekspor. Iwan menyampaikan, total produksi untuk negara-negara Amerika Latin pada 2014 lalu mencapai 437 ribu ton, hanya Ekuador yang produksinya meningkat jadi 250 ribu ton atau naik 20 ribu ton dari sebelumnya. Permasalahan yang terjadi di Amerika Latin mulai dari induk, benih, iklim, dan ukuran kolam yang terlalu luas.
Untuk Cina, produksi menurun akibat polusi, penyakit dan konversi lahan tambak ke industri serta penyakit EMS. Total produksi China menjadi 800 ribu ton dengan ekspor mencapai 200 ribu ton, Cina masih kekurangan udang hingga 400 ribu ton karena tingkat kebutuhan konsumsinya mencapai 1 juta ton. ”Info terkini pengusaha udang besar di Cina berinvestasi di Afrika Selatan,” ungkap Iwan.
Sedangkan Thailand, produksinya menurun sejak 2012 lalu dan terus berlanjut akibat serangan EMS. Total produksi Thailand menjadi sekitar 200 ribu ton pada 2014 dan mengalami penurunan hingga 360 ribu ton. ”Sebagian besar pembudidaya di Thailand adalah perusahaan skala kecil dan tunggal. Karena penyakit EMS banyak pembudidaya yang akhirnya alih profesi,” tukas Iwan.
Namun belum lama ini perusahaan udang beku Thailand (Thai Union Group/TUF) yang memasok seafood ke pasar dunia menguraikan laporan keuangan terbarunya terkait prospek produksi udang di Thailand. Seperti yang dilansir seafood.com, di semester kedua 2015, TUF mengharapkan adanya pemulihan bertahap dari industri udang di Thailand. Sehingga produksi untuk tahun ini bisa meningkatkan 25% dari yang hanya 200.000 ton pada 2014 menjadi 250.000 ton.
Departemen Perikanan Thailand memperkirakan produksi udang di Thailand bisa mencapai 300 ribu hingga 400 ribu ton pada 2015. Artinya Thailand mentargetkan peningkatan produksi 50 – 10% dari 2014 lalu. Untuk mengatasi ancaman penyakit EMS, umumnya petambak udang Thailand menebar udang lebih sedikit dan memanen udang ukuran kecil. Melalui strategi ini Departemen Perikanan Thailand optimis produksi udang di Thailand pada 2015 akan berada di angka antara 250 ribu hingga 300 ribu ton.
Tak kalah dengan Thailand, produksi udang Indonesia menunjukkan tren positif setiap tahunnya. Karena itu pada2015, KKP(Kementerian Kelautan dan Perikanan) mentargetkan produksi udang sebesar 785.900 ton dengan rincian udang vannamei 518.600 ton, udang windu 189.700 ton dan udang lainnya 77.600 ton. “Pada2014 produksi udang Indonesia mencapai 623 ribu ton, itu angka sementara sampai akhir November, saya yakin bisa bertambah menjadi 680 ribu ton untuk total produksi 2014,” ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto.
Ikut angkat bicara Ketua Divisi Pakan Akuakultur GPMT (Asosiasi Produsen Pakan Indonesia), Denny D. Indradjaja. Dia memiliki hitungan sendiri mengenai produksi udang vannamei di 2014. Denny memperkirakan produksi udang vannamei naik sekitar 30 % dibanding tahun sebelumnya. “Hitung-hitungan kami, di 2013 produksi udang vannamei sekitar 250 ribu ton sedangkan di 2014 sekitar 350 ribu ton atau naik sekitar 100 ribu ton,” kata Denny.
Senada dengan Iwan, Denny mencatat kenaikan produksi udang Indonesia 100 ribu ton pada 2014 lalu. Yaitu terlihat dari jumlah ekspor udang Indonesia yang meningkat terutama di pasar Amerika Serikat (AS).
Pasar Udang Dunia
Sementara itu Thomas Darmawan menginformasikan pasar udang dunia khususnya Amerika Serikat relatif baik karena angka impornya lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat total impor udang AS pada 2013, 508 ribu ton meningkat menjadi 568 ribu ton pada 2014 lalu. ”Biasanya ASimpor sekitar 500 ribuan sekarang sudah mendekati 600 ribu ton, apalagi dolar menguat sehingga permintaan udang di sana juga naik,” ujar Thomas.
Indonesia menempati peringkat ke dua di pasar udang AS setelah India. Berdasarkan data yang dilansir NOAA Fisheries, pada 2014 lalu Indonesia membukukan angka ekspor di pasar AS sekitar 103 ribu ton(lihat tabel). Pada 2013, ekspor udang Indonesia ke pasar AS mencapai 81 ribu ton atau naik sekitar 27% pada 2014.
Begitu pun dengan India, jumlah ekspor udangnya ke pasar AS pada 2014 tercatat meningkat menjadi sekitar 108 ribu ton dari tahun 2013 yang hanya 94 ribu ton. Atau mengalami kenaikan sekitar 15 %. Sebetulnya jumlah kenaikan ekspor udang Indonesia ke pasar AS pada 2014 lebih besar ketimbang India, hanya secara angka India lebih besar 5 ribu ton ketimbang Indonesia.
Kalau melongok Thailand di pasar AS tercatat 2014 ekspornya hanya 64 ribu ton atau menurun hingga 100% dibandingkan 2012 lalu yang masih berada di 136 ribu ton. Pada 2013 ekspor udang Negeri Gajah Putih ini tercatat 84 ribu ton. Artinya pada 2014 lalu ekspornya menurun 23% dibandingkan 2013.
Berbeda dengan pasar AS yang mengalami peningkatan permintaan, pasar Jepang justru melemah. ”Perekonomian Jepang menurun 2014, terjadi difrensiasi nilai mata uang Yen terhadap dolar, daya beli udang juga menurun sehingga impornya juga ikut melemah,” ujar Thomas.
Secara keseluruhan impor udang Jepang menurun dari 2013. Tercatat pada 2013 lalu Jepang mengimpor udang 171 ribu ton, pada 2014 turun menjadi 146 ribu ton. Secara total Jepang menurunkan impor udangnya 14% pada 2014 lalu. Dampaknya, kebanyakan negara eksportir udang ke Jepang termasuk Indonesia terpaksa memangkas ekspornya. Tercatat ekspor udang Indonesia di pasar Jepang 2014 lalu mencapai 25 ribu ton padahal pada 2013 lalu sekitar 32 ribu ton. Artinya ekspor udang Indonesia ke pasar Jepang pada 2014 lalu menurun hingga 20%